PUISI | HARAPAN NAN HANCUR
HARAPAN NAN HANCUR
Aku mengenalmu semenjak peristiwa itu,
Diwajahmu seakan timbul cahaya baru,
Menghadirkan harapan indah untuk kurangkai bersamamu,
Melalui hiruk-piruk hidup yang kaku.
Hari demi hari kian berlalu,
Semua tak berubah seperti awal dulu,
Kugantungkan harapan besarku kepadamu,
Kupanjatkan Do’a Suci ditengah malam kelabu.
Mentari pagi dan senja terbenam,
Tak terlewat tanpa tanganmu tergenggam,
Kukecup keningmu diam-diam,
Seraya tanamkan cinta yang semakin mendalam.
Namun semua sirna, saat malam tiba,
Paras yang selalu kuagung-agungkan berdusta,
Menusuk relung hasrat sembari leburkan asa,
Menghapus semua kisah dan cerita.
Nyatanya, kekalahanku sungguh nyata,
Nyatanya, aku (masih) bukan siapa-siapa,
Burung Elang merampas semua,
Dari tangan Puyuh yang tak berdaya.
Sakit, sedih dan kecewa,
Hari-hari tak lagi sama,
Kucoba melupakan semua harapan yang ada,
Kucoba menghapus semua kenangan yang tercipta.
Oh kasih, betapa kejamnya dirimu,
Sungguh jahat perbuatanmu,
Sangat sakit luka yang kau berikan,
Menghancurkan seluruh rangkaian harapan.
Terima kasih kekasih.
0 Response to "PUISI | HARAPAN NAN HANCUR"
Post a Comment